GENJOT TABUNGAN: BI ubah strategi financial inclusion

Donald Banjarnahor

Kamis, 29 Maret 2012 | 13:18 WIB

Compact_bank_indonesia-dg

SURAKARTA: Bank Indonesia mengubah strategi program perluasan akses masyarakat kepada institusi keuangan atau yang dikenal sebagai financial inclusion, karena selama ini perkembangan terasa lambat.
Wimboh Santoso, Staf Ahli Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan potensi dana masyarakat yang belum mengenal perbankan (non bankable) sebenarnya mencapai Rp100 triliun.
Namun, perbankan baru bisa menghimpun Rp3,2 triliun dari 3 juta rekening nasabah melalui Tabunganku, produk financial inclusion pada simpanan yang diluncurkan 2 tahun lalu.
“Kalau tetap pakai strategi saat ini maka kami butuh 30 tahun agar bisa mencapai target tersebut. Untuk itu kami harus mengubah strategi agar program Tabunganku bisa lebih cepat. Kami targetkan Rp100 triliun tersebut bisa terhimpun kurang dari 10 tahun,” ujarnya seusai pembukaan seminar internasional Affordable Financial Access for All, kemarin, Rabu 28 Maret 2012.
Dia menjelaskan strategi baru yang akan diterapkan pada financial inclusion adalah penggunaan teknologi informasi dalam sistem branchless banking.  Melalui branchless banking, masyarakat bisa mengakses layanan perbankan, seperti menabung, transfer dan penarikan dana, tanpa harus datang ke kantor cabang bank, namun cukup melalui telepon seluler.
Sistem ini ditujukan kepada nasabah yang tinggal di pelosok pedesaan dan jauh dari kantor cabang bank. Selain itu, bank juga bisa efisien dalam menjangkau masyarakat pelosok karena tidak perlu mendirikan kantor cabang.
Namun, regulasi mengenai branchless banking saat ini masih terus dikaji oleh bank sentral. Selain branchless banking, bank sentral juga mengkaji sistem agent banking, yakni penggunaan agen berupa orang atau badan hukum sebagai penyambung tangan bank di daerah terpencil.
“Baik branchless banking atau agent banking masih kita kaji terutama pada mitigasi risikonya,” jelas Wimboh.
Selain penggunaan teknologi, lanjutnya, BI juga akan mendorong bank untuk meningkatkan kinerja Tabunganku. Caranya, bank diperbolehkan membuat produk simpanan dengan nama bervariasi namun harus memiliki fitur standar Tabunganku.
“Dengan cara ini bank diharapkan gencar mempromosikan Tabunganku  karena mereka bisa menggunakan brand [merk] masing-masing,” jelasnya.
Dalam melengkapi dua strategi itu, lanjut Wimboh, BI juga akan memperkuat edukasi masyarakat tentang penting dan keuntungan akses perbankan terhadap masyarakat.
“Karena kami menemukan di daerah-daerah masih banyak masyarakat yang tidak mengakses perbankan karena belum mengetahui keuntungannya,” jelas dia.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Ardhayadi Mitroatmodjo mengatakan perluasan akses perbankan terhadap masyarakat dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
"Potensi ekonomi Indonesia banyak yang belum tergarap karena banyak orang belum punya akses perbankan. Untuk itu perluasan financial inclusion bisa memberikan efek domino bagi pertumbuhan ekonomi,”
Dia menjelaskan dana pihak ketiga  yang disimpan di bank dapat bergulir menjadi kredit yang membiayai usaha masyarakat. Hal itu akan membuka lapangan pekerjaan serta menambah pendapatan masyarakat yang kemudian akan disimpan kembali di bank dan seterusnya.
"Financial inclusion ini penting untuk pertumbuhan ekonomi dunia juga. Perekonomian dunia kan diproyeksikan akan rendah. Asia harus jadi sumber penggerak perekonomian dunia, termasuk Indonesia," ujarnya. (faa)

Sumber: http://www.bisnis.com/articles/genjot-tabungan-bi-ubah-strategi-financial-inclusion

Tinggalkan komentar